Silahkan daftar dengan klik dibawah ini

Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Desember 2010

Kisah Kayu Bayur dan Kota Satelit

Melintasi kawasan Kebayoran Baru, akan diperkenalkan dengan wajah pemukimam mewah di selatan Jakarta. Sejumlah pejabat dan pengusaha nasional pun banyak memilih tinggal di kawasan ini.

Tepatlah rasanya, jika Kebayoran Baru disebut sebagai kawasan elit di Jakarta. Namun di balik stigma elit, kawasan ini mempunyai arti dan sejarah tersendiri.

Menurut sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, dulu kawasan ini adalah tempat penampung kayu. Kata  ‘Kebayoran’ berasal dari kabayuran. Kabayuran  berarti tempat penimbunan kayu bayur.  Kayu bayur kala itu dikenal sebagai bahan bangunan yang sangat baik. Kekuataan kayu bayur sangat diakui serta tahan terhadap serangan rayap.

Selain kayu bayur, ada kayu-kayu jenis lain lain yang ditimbun di lokasi ini. Kayu-kayu yang ditimbun ini kemudian untuk diangkut ke Batavia yang ketika itu pusat kotanya berada di  wilayah Jakarta Kota. Kayu-kayu itu diangkut melalui Kali Krukut dan Kali Grogol dengan cara dihanyutkan.

Pada masa kompeni (begitu orang Indonesia menyebutnya) atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Kebayoran Baru menjadi tempat pelarian para perampok dan penjahat dari Batavia. VOC dulu adalah kelompok perdagangan atau perusahaan perdagangan milik Belanda yang berkuasa di Indonesia.

Dalam perjalanannya, pada tahun tahun 1938 kawasan Kebayoran direncanakan akan dibangun sebuah lapangan terbang internasional. Namun rencana itu batal karena keburu perang dunia II.

Akhirnya dibangunlah kota satelit Kebayoran Baru, yang meliputi areal seluas 730 hektar. Kawasan ini direncanakan untuk menampung 100 ribu penduduk.  Mungkin kini, jumlah penduduk Kebayoran bisa berlipat-lipat dengan jumlah penduduk yang rencananya akan ditampung.

Pada tahun 1950-an, kawasan  Kebayoran Baru  terus berkembang. Namun meski terus berkembang, tetap saja sering disebut kampung udik. Penduduknya pun disebut sebagai orang udik.

Mahfum,  Kebayoran Baru dulu letaknya terpisah dari pusat Kota Jakarta, sekitar 8 kilometer ke arah selatan Batavia. 

Saat itu, untuk masuk kawasan Kebayoran Baru, hanya ada dua jalan.  Pertama melalui Kebayoran Lama terus melalui  Jalan Kyai Maja atau melewati Manggarai dan masuk ke Jalan Wolter  Monginsidi yang becek.  Jalan Sudirman ketika itu belum ada.

Warga Jakarta dulu pasti berpikir seribu kali jika akan menuju kawasan Kebayoran Baru. Selain kawasan ini sepi, ada jagoan bernama Mat Item. Mereka takut dihadang Mat Item, jagoan Kebayoran Lama yang dikenal sangar.

Cerita tentang Kebayoran Baru juga mengalir lancar dari bibir Adolf Heuken, 79 tahun. Pastor Jesuit asal Jerman itu, mengatakan, Kebayoran Baru saat masa penjajahan Belanda merupakan kota satelit Batavia. "Kebayoran baru adalah tempat ruang terbuka hijau," kata Adolf kepada VIVAnews.

Pada tahun 1963 fungsi dari Kebayoran Baru sebagai kota satelit masih dipertahankan. "Dulu tidak ada jalan dan perumahan di daerah itu, seperti Mampang, Warung Buncit dan Pejaten," katanya. Semua lahannya masih ditumbuhi pepohonan.

Adolf mengatakan, pada masa pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin, wilayah Kebayoran hingga Semanggi tidak diperbolehkan untuk mendirikan bangunan. Namun dalam perkembangannya makin banyak para pendatang dari luar Jakarta yang memenuhi wilayah Kebayoran.

Tentunya  makin banyaknya penduduk, memicu pembangunan pembangunan rumah yang begitu cepat. "Ini juga yang membuat harga tanahnya terus tinggi," ujarnya.

Sebenarnya pada tahun 1950, Kebayoran Baru dirancang untuk ditempati 50 ribu orang saja. Tapi sekarang jumlahnya jauh melebihi itu. "Dulunya kota satelit tapi sekarang kota yang krodit.

***

Ada satu sebutan di wilayah Kebayoran Baru yang hingga kini masih dipertahankan. Biasanya, sebutan ini kerap dilontarkan kondektur bus saat akan memasuki wilayah Blok M. Sebutan itu tak lain adalah CSW.

Lalu bagaimana sejarah munculnya nama CSW ini?  Menurut Alwi Shahab, kata CSW adalah singkatan dari Centrale Stichting Wederopbouw. CSW adalah sebuah lembaga yang bertugas mengelola wilayah Kebayoran Baru.

Kebayoran Baru pada masa kembalinya Belanda  ke Tanah Air pada tahun 1948 dibentuk sebagai kota satelit Jakarta, yang ketika itu berpusat di sekitar wilayah Jakarta Kota. Nah untuk pengelolaannya ditugaskan kepada CSW.

Informasi lainnya menyebutkan CSW jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Pusat Yayasan Rekonstruksi. Ketika itu CSW digunakan untuk penampungan truk-truk, mesin gilas, alat-alat berat, material, batu-batuan, aspal dan tempat tinggal pegawai golongan I atau tenaga juru karya.

Kantor CSW diresmikan pada 1 Juni 1948 yang lokasinya tak jauh dari Terminal Blok M sekarang ini. Kemudian pada 1 Januari 1952, CSW berganti nama jadi Pembangunan Chusus Kotabaru Kebayoran.

Sampai 1958 kawasan di Jakarta Selatan ini masih ditangani oleh Departemen Pekerjaaan Umum, bukan Pemda DKI. Namun kini penanganannya di bawah kendali Pemprov DKI Jakarta.
read more...

Minggu, 05 Desember 2010

Kisah Masjid Dibangun Satu Malam

Masjid yang berdiri sejak tahun 1600 itu, mempunyai nilai historis tersendiri.


Ada ratusan tempat ibadah umat islam di Jakarta merupakan bangunan tua, bahkan umurnya lebih dari empat abad. Salah satu yang paling tua adalah Masjid Al-Alam, di Kampung Marunda Pulo RW 07 Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.

Masjid yang berdiri sejak tahun 1600 itu, mempunyai nilai historis tersendiri. Lokasi Masjid yang berada persis di pesisir pantai Marunda merupakan salah satu 12 obyek destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara.

Konon Masjid Al Alam (Al Auliya) Marunda, dibangun hanya dalam tempo semalam. Banyak kisah heroik muncul dari masjid ini, di antaranya Si Pitung.

Kedatangan para peziarah dari berbagai daerah, tidak lepas dari keistimewaan sejarah Masjid Al Alam yang konon dibangun oleh Walisongo.

"Masjid ini dibangun Walisongo dengan tempo semalam, saat menempuh perjalanan dari Banten ke Jawa," kata M. Sambo bin Ishak, wakil ketua Masjid Al Alam. "Karena itu, nama asli masjid ini Al Auliya, masjid yang dibangun para wali Allah," lanjutnya.

Sementara di tempat terpisah, tokoh Betawi, Alwi Shahab, mengatakan bahwa pendiri masjid Al Alam adalah Fatahilah dan pasukannya pada tahun 1527 M, setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa.

Ada keyakinan di masyarakat Marunda, bahwa Fatahillah membangun Masjid Al-Alam hanya dalam sehari. Meski berbeda pendapat, baik Sambo dan Alwi Shahab mengatakan hal yang sama bahwa Masjid Al Alam dibangun hanya dalam tempo semalam, meski pijakan alasan keduanya berbeda.

Berangkat dari tempo pembangunan itu, tidak mengherankan bila masjid yang ukurannya mirip musalah itu menjadi istimewa bagi masyarakat Marunda khusunya, dan umat Islam umumnya. Terlebih bila mengingat bahwa Masjid Al Alam juga sarat nilai sejarah perlawanan terhadap penjajah.

Seratus tahun kemudian (1628-1629), lanjut Alwi Shahab, ketika ribuan prajurit Mataram pimpinan Bahurekso menyerang markas VOC (kini gedung museum sejarah Jakarta) para prajurit Islam ini lebih dulu singgah di Marunda untuk mengatur siasat perjuangan.

Penuturan Alwi Shahab tersebut, senada dengan penjelasan Sambo tentang lubang kecil berbentuk setengah oval yang terdapat di bagian kiri masjid Al Alam. Menurutnya, lubang tersebut digunakan sebagai pengintaian terhadap bala tentara musuh.

"Tidak hanya tentara Demak, tapi juga Si Pitung, Si Ronda, Si Jampang, Si Mirah dan lainnya pernah bersembunyi di sini dari kejaran Belanda. Mereka bisa selamat karena menurut cerita, bila bersembunyi di Masjid ini mereka tidak akan kelihatan." ujar Alwi.

Sementara itu, melihat arsitektur Masjid Al Alam akan mengingatkan pada model Masjid Demak, namun berskala lebih mini  ukurannya 10×10 meter. Atapnya yang berbentuk joglo ditopang oleh 4 pilar bulat seperti kaki bidak catur.

Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kiri mimbar. Uniknya masjid ini berplafon setinggi dua meter dari lantai dalam.

Kemudian, di bagian kiri Masjid, dulunya merupakan kolam yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk masjid. Ini mengingatkan pada arsitektur Masjid Agung Banten Lama. Bedanya, kolam di Masjid Agung Banten Lama terletak di bagian depan halaman masjid.

Beberapa bagian masjid lainnya masih asli. Di antaranya adalah tembok di ruang utama masjid yang memiliki ketebalan sekitar 27 cm dan hiasan jendela yang terdapat di ruang pengimaman. "Itu juga asli, dalamnya terbuat dari batu giok," lanjutnya.

Selain itu, Sambo juga menunjukkan sebuah tongkat yang terukir melingkar seperti ular. Menurutnya, tongkat itu cukup istimewa dan hanya dikeluarkan setiap hari Jum'at saat khutbah.

"Tongkat ini datangnya misterius. Tiba-tiba datang ke sini lewat air," katanya.

Saat ini, masjid yang terletak di tepi pantai itu tidak pernah sepi. Selalu diziarahi, terutama setiap malam Jumat Kliwon dengan kegiatan rutin berupa istighotsah.

Begitu juga sumur tua yang usianya ratusan tahun tersebut berada di samping masjid sampai saat ini air masih tetap mengalir dan tidak pernah kering.

Dengan keistimewaan Masjid Al Alam, baik nilai-nilai sejarah perlawanan yang heroik dan karomah para pendirinya, dalam perkembangannya juga membawa manfaat bagi masyarakat sekitar Marunda, baik yang berhubungan dengan nilai-nilai islami maupun rizki.

Dengan ramainya para peziarah, masyarakat bisa mengambil keuntungan dengan menjual makanan di sekitar Masjid Al Alam. Apalagi saat bulan suci Ramadan.

Demikianlah keistimewaan Masjid Al Alam atau Al Auliyah Marunda. Meski dibangun hanya dalam tempo semalam, tapi manfaatnya terasa hingga ratusan tahun.

"Bangunannya mengandung budaya Jawa, Arab, dan Eropa," ungkapnya. Gaya Jawa terlihat pada atap joglo yang bertingkat dua, gaya Arab terlihat pada ukiran kaligrafi, dan gaya Eropa terlihat pada empat tiang yang menopang atap masjid.

Saat Ramadhan tiba, banyak jemaah, dari Jakarta maupun dari daerah, sejak awal hingga akhir Ramadan. Menjelang 10 hari Idul Fitri, lebih banyak orang yang datang untuk beriktikaf.

"Setelah melakukan iktikaf biasanya mereka berziarah ke rumah Si Pitung sambil menikmati suasana pantai publik Marunda," ungkap Aman
read more...

Sabtu, 13 November 2010

Kisah Louis Pasteur

Setiap kali membuka lemari es dan mengeluarkan botol atau dos susu, kita seharusnya mengingat ilmuwan Prancis terkemuka, Louis Pasteur. Pasteur menemukan bahwa susu terasa asam karena kemasukan organisme hidup yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Untuk mematikan organisme ini tanpa mengubah rasa atau nilai gizi makanan, dia menemukan satu cara, yakni memanaskan makanan itu secara perlahan-lahan. Proses ini, dinamai "pasteurisasi" sebagai penghargaan bagi penemunya, hanyalah salah satu dari sekian banyak sumbangan besar Pasteur bagi umat manusia.
MASA MUDA
Louis Pasteur lahir tanggal 27 Desember 1822, di Dole, Prancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara Paris. Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur pindah ke Arbois. Louis masuk sekolah di Arbois, tapi rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran seni. Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah dan akan bekerja di penyamakan kulit milik ayahnya. Namun, Louis sangat berhasrat menambah pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi ketekunan dan ketelitiannya bekerja.
Pada usia 15 tahun, Louis pergi ke Paris untuk menyelesaikan sekolah menengah. Namun, karena dia selalu merindukan rumah, akhirnya dia pulang ke Arbois. Dia mencoba sekolah lagi, kali ini di Besancon, hanya 40 kilometer dari rumah. Di sinilah dia berhasil dan melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar BSc dari Royal College, Besancon, tahun 1842.
Louis memutuskan untuk masuk ke Ecole Normale di Paris, sekolah pendidikan guru untuk sekolah tinggi dan Universitas Prancis. Dia lulus ujian masuk tahun 1842, tapi dia tahu bahwa sebenarnya dia bisa mencapai nilai yang lebih tinggi lagi. Karena itu, dia belajar satu tahun lagi untuk meningkatkan pengetahuannya sebelum masuk Ecole Normale. (Tekad untuk selalu mencapai yang terbaik merupakan sifat yang utama.) Louis belajar ilmu kimia di Ecole Normale, dan meraih gelar MSc tabun 1845.
PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP
Pasteur melanjutkan pendidikannya ke tingkat doktoral di lembaga yang sama. Dia sengaja memilih masalah yang sukar sebagai bahan penelitiannya. Dia ingin menyelidiki kerumitan struktur kristal tartrat dan paratartrat serta menjelaskan perbedaan keduanya. Masalah ini membingungkan para ilmuwan besar masa itu.
Pasteur terpukau oleh kerumitan struktur kristalkristal kecil dan "menganggap keduanya sebagai bukti langsung ungkapan artistik dari Allah Sang Pencipta."[1] Dengan cermat dia mengamati kristal-kristal itu melalui mikroskop. Keseriusan dan kecermatannya mengamati hingga sedetail mungkin, membantunya menemukan apa yang terlewatkan oleh orang lain -- sebenarnya ada dua jenis kristal paratartrat yang berbeda, yang satu merupakan bayangan cermin dari yang lain. Pembawaannya yang lambat dan hati-hati, yang pada masa kanak-kanaknya dianggap sebagai pertanda ketidakmampuannya, ternyata justru merupakan salah satu asetnya yang paling besar. Dia tidak hanya mencapai gelar tinggi, tapi bahkan menjadi terkenal di antara para pakar peneliti.
Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas Strasbourg, dan selama lima tahun mengajar dan meneliti di sana. Dia menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya.
CABANG ILMU PENGETAHUAN BARU: MIKROBIOLOGI
Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang mengubah arah penelitian dan kariernya sebagai guru. Dia diminta pergi ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan melatih para ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan masalah-masalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara kaum ilmuwan sebagian besar berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur mendambakan ilmu yang dicintainya dapat diterapkan, agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira dia menyambut kesempatan ini.
Selama dua tahun Pasteur memantapkan fakultas ilmu terapan yang baru itu. Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi -- proses untuk menghasilkan alkohol dari gula, yang juga menyebabkan susu menjadi asam. Waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa pengasaman itu terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, tapi mereka tidak dapat menjelaskan mengapa proses itu kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur membuktikan bahwa fermentasi terjadi hanya bila ada makhluk hidup kecil yang disebut mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang diharapkan. Tapi mikroba yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur ini membantu terbentuknya cabang ilmu baru, "mikrobiologi".
Tahun 1857, Pasteur kembali ke Ecole Normale. Kali ini dia bukan mahasiswa, melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini dia melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba.
Orang Yunani kuno percaya bahwa makhluk-makhluk hidup kecil seperti tikus, cacing, dan belatung berasal dari benda mati (seperti tepung yang membusuk, baju yang terkena keringat, atau daging yang membusuk). Keyakinan ini, bahwa benda hidup timbul dari benda yang tidak hidup, disebut pemunculan spontan. Gagasan bahwa belatung muncul sebagai makhluk hidup secara spontan dari daging yang membusuk, disanggah oleh ahli biologi berkebangsaan Itali, Francesco Redi tahun 1668. Daging yang ditutupi dengan kain kasa untuk mencegah lalat bertelur di atasnya, ternyata tidak memunculkan belatung. (Belatung adalah larva yang menetas dari telur lalat.)
Sekalipun gagasan tentang kemunculan belatung, tikus dan cacing secara spontan telah lama tidak diakui, tapi para ilmuwan tetap berpegang pada pemunculan spontan untuk hewan-hewan mikroskopis. Untuk menolak gagasan ini, Pasteur mendidihkan kaldu sampai semua mikrobanya mati. Dengan alat khusus, dia membiarkan udara bersirkulasi di atas kaldu, tapi mencegah mikroba di udara masuk ke dalamnya. Sebagaimana diharapkan oleh Pasteur, mikroba tidak terdapat di dalam kaldu. Temuan Pasteur menunjukkan bahwa mikroba tidak muncul spontan dari kaldu. Mikroba ditemukan dalam kaldu karena masuk bersama udara. Pasteur menunjukkan dengan jelas bahwa, bahkan bagi mikroba pun, kehidupan berasal dari kehidupan -- "Makhluk mikroskopis mesti berasal dari induk yang sama."[2]
Karya Pasteur seharusnya merupakan pukulan maut bagi gagasan pemunculan spontan. Namun, pemunculan spontan adalah bagian penting dari teori evolusi. Meskipun para ilmuwan evolusionis berusaha keras meyakinkan orang lain, tidak pernah ada orang yang melihat kasus pemunculan spontan. Temuan Pasteur bertentangan dengan gagasan pemunculan spontan (demikian pula hasil-hasil penelitian ilmiah dalam mikrobiologi selanjutnva). Sebagai konsekuensi temuannya, Pasteur menjadi penentang kuat teori Darwin.
PASTEURISASI
Sekarang Pasteur mempunyai pengertian teoretis yang baik tentang mikroba. Dia mencoba menerapkan temuannya pada masalah praktis untuk mencegah kerusakan anggur. Banyak keluarga yang mata pencahariannya tergantung pada industri anggur. Ekonomi Prancis juga sangat bergantung pada ekspor anggur. Oleh sebab itu, kerusakan anggur merupakan masalah penting.
Percobaan Pasteur berhasil dengan mengadakan sedikit perubahan pada proses yang dipakai untuk kaldu. Aroma anggur akan berubah jika dididihkan. Jadi, untuk membunuh sebagian besar mikroba tanpa mengubah aromanya anggur, dia panaskan secukupnya. Pendinginan membuat sisa mikroba tidak bisa berkembang biak. (Seperti dengan kaldu, perlu dijaga agar tidak ada mikroba baru yang masuk dariudara.)
Pasteur sangat gembira karena ternyata proses ini, selain mencegah susu menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis makanan lain.
Seandainya Pasteur meminta hak paten untuk temuannya, dia pasti sudah kaya. Namun, dia membiarkan temuannya dimanfaatkan siapa saja. Proses ini dinamai "pasteurisasi" dan inilah satu-satunya penghargaan yang dia terima.
MEMBANTU INDUSTRI SUTRA
Pasteur kemudian diundang untuk membantu kelompok petani Prancis lain ketika industri sutra menghadapi krisis karena telur-telur ulat sutra terjangkit penyakit. Dia menunjukkan kepada para petani cara penggunaan mikroskop untuk mendeteksi telur-telur yang sakit. Telur-telur ini kemudian dimusnahkan sehingga tidak ada lagi penyakit di dalam pesemaian ulat sutra. Para petani sangat berterima kasih kepada Pasteur karena mata pencaharian mereka terselamatkan.
Sambil menyelesaikan masalah praktis ini, Pasteur terus berpikir untuk meletakkan dasar bagi teorinya yang berikut, yaitu gagasan bahwa banyak penyakit hewan dan manusia disebabkan kuman (mikroba yang berbahaya) yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh.
TEORI KUMAN
Teori kuman Pasteur disambut hangat oleh ahli bedah Inggris ternama, Joseph Lister. Lister mulai memakai metode bedah antiseptik tahun 1865. Dia menggunakan asam karbol untuk mencuci tangan, peralatan, dan pembalut yang dipakai dalam pembedahan. Dia juga menyemprot udara dalam ruangan dengan asam karbol untuk membunuh kuman-kuman di udara. Asam ini cukup kuat untuk membunuh kuman, tapi tidak merusak badan. Sebelum prosedur ini dipakai, kuman berkembang biak di dalam luka, dan menyebabkan banyak pasien bedah meninggal.
Dalam surat kepada Pasteur pada Februari 1874, Lister menyampaikan, "terima kasih karena hasil penelitian Anda yang cemerlang telah membuktikan kebenaran teori kuman. Anda telah melengkapi saya dengan asas yang bisa menjadi dasar penerapan sistem antiseptik. Ilmu bedah sangat berhutang kepada Anda."[3]
IMUNISASI
Selain mengilhami karya Lister, Pasteur juga memperluas karya seorang ilmuwan lain. Ahli fisika Inggris, Edward Jenner, menemukan bahwa orang yang terkena penyakit "cacar sapi" yang tidak berbahaya, ternyata kebal terhadap "cacar" yang mematikan. Kemudian dia mencoba memasukkan cacar yang ringan ke dalam tubuh manusia untuk melindunginya dari cacar yang mematikan itu. Proses ini disebutnya vaksinasi. Percobaan ini dilakukan Jenner dengan memanfaatkan vaksin yang terjadi secara alami. Dengan pengetahuannya tentang mikroba, Pasteur berupaya mengembangkan karya Jenner untuk menghasilkan vaksin buatan dengan cara melemahkan kuman penyakit yang mematikan itu.
Masalah ini sangat rumit, dan menuntut kesabaran, ketekunan serta kecermatan yang luar biasa. Ternyata Pasteur berhasil membuat vaksin untuk kolera ayam dan penyakit anthrax pada domba serta ternak. Namun, temuan ini harus lebih dulu didemonstrasikan di depan umum secara besar-besaran, sebelum kalangan dokter hewan yang skeptis mau menerimanya.
DIBERI KEHORMATAN TERTINGGI
Meskipun pemerintah Prancis memberikan kepada Pasteur penghormatan tertinggi -- Legion of Honour -- sebagian besar kalangan kedokteran tetap menentang gagasannya. Beberapa dokter tua tak dapat menerima kemajuan pemikiran Pasteur mengenai kuman dan vaksinasi. Yang lain merasa dilecehkan karena penelitian kedokteran dilakukan oleh orang dari bidang ilmu kimia, bukan kedokteran. Ilmuwan terkemuka masa kini, yang juga mengakui teori penciptaan, Dr. Henry Morris, menulis bahwa penentangan itu muncul karena "Pasteur menentang pemunculan spontan dan Darwinisme."[4] Bagaimanapun, penolakan para ahli itu sukar dimengerti karena Pasteur telah diakui sebagai "pemberi sumbangan terbesar dalam upaya menyelamatkan jiwa manusia."[5]
KEMENANGAN ATAS RABIES
Tanpa menghiraukan penentangnya, Pasteur terus melangkah ke bidang berikutnya -- mungkin ini langkah yang terbesar, yaitu penyakit-penyakit manusia. Tahun 1882, dia mulai mempelajari rabies. Penyakit yang mematikan ini ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, biasanya anjing atau serigala.
Pasteur memulai eksperimennya dengan menggunakan hewan. Dia mengikuti prosedur yang sama seperti sebelumnya, tapi dengan waktu yang lebih lama (beberapa minggu), yaitu jangka waktu antara tergigitnya hewan dan sampainya kuman di otak hewan tersebut. Meskipun membutuhkan waktu lebih lama, namun dari penelitian itulah diketahui perlunya penanganan yang berbeda untuk penyakit rabies. Sebelumnya, vaksinasi harus diberikan sebelum terkena penyakit. Namun, lamanya kuman mencapai otak memungkinkan vaksin rabies diberikan setelah terjadinya gigitan. Jadi, hanya mereka yang telah digigit oleh hewan gila saja yang perlu mendapat vaksinasi rabies.
Tahun 1885, seorang anak kecil yang digigit anjing gila dibawa kepada Pasteur. Meskipun belum yakin apakah akan berhasil pada manusia, Pasteur tahu bahwa anak itu akan mati jika tidak diberi vaksin rabies. Setelah beberapa puluh hari diobati, ternyata anak itu sembuh. Ini bukti yang jelas bahwa vaksin rabies berhasil.
Tabun 1888, Institut Pasteur didirikan di Paris untuk melanjutkan perang terhadap penyakit. Waktu itu Pasteur mendekati usia 66 tahun dan kesehatannya mulai memburuk. Sekarang dia hanya memberi petunjuk saja, sementara anak-anak didiknya mengambil alih tanggung jawab untuk melanjutkan penelitiannya.
IMAN KRISTIANI
Kehidupan pribadi Pasteur ditandai dengan penyakit dan tragedi. Tiga dari lima anaknya meninggal karena penyakit anak-anak. Dia juga dibesarkan bersama saudara perempuannya yang cacat mental karena penyakit anak-anak. Tragedi ini tidak mematahkan semangatnya, justru memacunya untuk menyelamatkan orang lain dari kepedihan kehilangan anak karena penyakit. Dia sendiri pernah mengalami pendarahan otak dan beberapa kali stroke yang mengakibatkan separo badannya lumpuh. Kesehatannya seringkali diperburuk oleh kerja yang berlebihan.
Pasteur bekerja demi orang lain, tidak untuk mendapatkan pujian atau keuntungan materi. Namun, dia tidak menghindari publikasi, karena ini merupakan faktor penting untuk memperoleh pengakuan atas karyanya.
Dia digambarkan sebagai "orang sederhana dan rendah hati, meskipun memperoleh banyak medali dan penghargaan."[6]
Ketekunan dan kecermatannya memungkinkan dia membuat banyak temuan besar. Dia berani merintis lahan baru dan tidak toleran terhadap mereka yang menolak karyanya tanpa lebih dulu menilainya secara layak.
Pasteur tidak melihat pertentangan antara ilmu dan kekristenan. Dia percaya bahwa "ilmu membawa manusia lebih dekat kepada Allah."[7] Dalam pekerjaannya sebagai ilmuwan, dia melihat bukti adanya kearifan dan rancangan Sang Pencipta, bukan keacakan atau kekacauan. Pasteur menyatakan, "Semakin saya mempelajari alam, semakin saya mengagumi karya Sang Pencipta."[8]
Louis Pasteur meninggal tanggal 28 September 1895, setelah hidup yang panjang dan penuh dengan buah yang baik. Sumbangannya bagi ilmu sangat penting. Iman kristianinya memberikan kekuatan kepadanya dalam menghadapi cobaan. Keyakinannya mengenai Penciptaan sangat kukuh dan dia menentang keras teori Darwin tentang evolusi karena ini tidak cocok dengan bukti ilmiah yang dia lihat sendiri.
PUSTAKA ACUAN
  1. J.H. Tiner, Louis Pasteur - Founder of Modern Medicine, Mott
    Media, Milford (Michigan), 1990, hlm 18.
  2. Pasteur, dikutip dalam Tiner (Acuan 1), hlm 63.
  3. Joseph Lister dikutip dalam Tiner (Acuan 1), hlm 111.
  4. H.M. Morris, Men of Science, Men of God, Master Books, Colorado Springs, 1982, hlm 62.
  5. Ibid.
  6. Tiner (Acuan 1), hhn 146.
  7. Pasteur dikutip dalam Tiner (Acuan 1), hlm 90.
  8. Pasteur dikutip dalam Tiner (Acuan 1), hlm 75.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku:Para Ilmuwan Mempercayai Alkitab
Penulis:Ann Lamont
Penerbit:YKBK (Yayasan Komunikasi Bina Kasih)/OMF, Jakarta 1999
Halaman:178 --189
read more...

Kisah Sir Isaac Newton

Isaac Newton dikenal sebagai salah seorang ilmuwan terbesar sepanjang masa. Yang tidak begitu diketahui orang adalah imannya yang sangat teguh kepada Allah dan keyakinannya bahwa penelitian ilmiah membawa orang kepada pengenalan yang lebih dalam tentang Allah, Pencipta jagat raya ini.
Perjuangan Masa Muda
Isaac Newton lahir di Woolthorpe, Lincolnshire, Inggris, pada Natal tahun 1642. Pada malam yang dingin itu, bayi yang lahir prematur itu tampaknya tidak mungkin bertahan hidup. Namun, perlahan-lahan dia bertambah besar dan kuat. Tapi tahun-tahun pertama hidupnya merupakan perjuangan yang sulit. Dua minggu sebelum Isaac lahir ibunya menjadi janda. Meskipun dibantu neneknya, ibunya tetap kesulitan merawat Isaac karena sang ibu juga harus mengurus ladang dan peternakan mereka, sementara Perang Saudara masih berkecamuk di Inggris waktu itu.
Beberapa tahun kemudian, ibunya menikah dengan seorang pendeta dari Desa North Witham, tidak jauh dari tempat tinggal mereka, tapi Isaac tetap tinggal di Woolthorpe dengan neneknya. Dia sering mengunjungi ibunya dan dengan lahap membaca buku-buku dari perpustakaan ayah tirinya, selain membaca Alkitab secara teratur.

Isaac kemudian bersekolah di King's College di Grantham, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia anak yang rajin dan suka belajar. Ketimbang bermain-main seperti anak laki-laki lainnya, ia lebih suka membuat model-model kincir angin atau kereta. Bukan hanya ukuran mainan itu proporsional, bahkan semua komponennya juga bisa berfungsi.
Untuk kedua kalinya ibunya menjadi janda tatkala Isaac berumur 14 tahun. Isaac berhenti sekolah karena ia harus bekerja di ladang dan di peternakan untuk menghidupi ibunya dan ketiga adik tirinya yang lebih muda dari dia. Tentu Isaac sangat kehilangan sekolahnya dan ibunya menyadari itu. Ketika King's College bersedia membebaskan biaya sekolah Isaac karena kepandaian dan keadaan keluarganya yang miskin, Isaac kembali sekolah sampai selesai. Semua guru dan temannya mengagumi pengetahuan Isaac tentang Alkitab.
Kemudian Isaac melanjutkan pendidikannya ke Trinity College di Universitas Cambridge dengan niat menjadi pendeta gereja Inggris. Lagi-lagi, ia mengalami kesulitan hidup. Untuk membiayai sekolahnya, ia terpaksa melakoni berbagai pekerjaan hingga berjam-jam setiap hari, termasuk bekerja untuk profesornya. Pengetahuan Isaac tentang Alkitab tetap mengesankan orang-orang di sekitarnya.
Metode Eksperimen
Pada masa itu gagasan para cendekiawan Yunani masih menguasai apa yang diajarkan dalam bidang ilmu sehingga temuan ilmiah mutakhir sebagian besar diabaikan. Ini sangat menjengkelkan Isaac yang sangat yakin bahwa gagasan dalam bidang ilmu harus diuji dan baru diterima jika kegunaannya dapat dibuktikan. Dia sepenuhnya mendukung metode eksperimen dalam ilmu.
Isaac lulus tahun 1665, tak lama sebelum wabah pes yang dikenal sebagai Black Death melanda London. Semua universitas ditutup selama wabah merajalela. Isaac kembali ke peternakan keluarganya yang sekarang diurus oleh adiknya. Di situ, Isaac melanjutkan studi dan penelitiannya mengenai teorema binomial, cahaya, teleskop, kalkulus, dan teologi. Dia juga menyelidiki gaya berat bumi setelah, kata orang, melihat buah apel jatuh dari pohon di kebunnya. Tapi dia baru bisa memecahkan teka-teki ini beberapa tahun kemudian. (Beberapa pakar mempertanyakan kebenaran cerita "buah apel" tersebut.)
Revolusi dalam Matematika
Newton menerapkan teorema binomialnya pada deret tak hingga dan dari situ mengembangkan kalkulus, bentuk matematika baru yang revolusioner. Dengan kalkulus ini, untuk pertama kalinya orang bisa menghitung dengan cermat luas bidang di dalam suatu ruang berisi lengkung, dan menghitung laju perubahan suatu kuantitas fisik terhadap kuantitas fisik lainnya.
Sistem matematika serupa juga dikembangkan oleh ahli matematika Jerman, Gottfried Leibniz. Ini menyebabkan timbulnya perdebatan tentang siapa yang lebih dulu menemukan sistem tersebut. Kedua belah pihak saling menuduh telah mencuri hasil kerja pihak lain. Perdebatan itu berlangsung cukup lama dan itu merupakan masa yang penuh tekanan baik bagi Newton maupun Leibniz. Baru beberapa tahun kemudian disepakati bahwa keduanya mengembangkan kalkulus sendiri-sendiri pada waktu yang hampir bersamaan. Tidak ada yang berlaku curang.
Optik
Ketika Universitas Cambridge dibuka kembali, Newton melanjutkan pendidikannya untuk memperoleh gelar sarjana, sambil mengajar dan melakukan penelitian.
Dia menggunakan prisma untuk menunjukkan bahwa cahaya matahari terdiri atas berbagai warna, yang kita kenal sebagai warnawarni pelangi. Ini membuktikan bahwa pendapat orang Yunani kuno mengenai cahaya adalah keliru. Pada masa Newton, perkembangan astronomi sangat terhambat oleh lensa teleskop yang menguraikan sebagian cahaya matahari menjadi warna-warna yang tak diinginkan sehingga mengaburkan pandangan. Meskipun bukan orang pertama yang mempertimbangkan penggunaan cermin lengkung sebagai pengganti lensa, Newtonlah yang pertama berhasil membuat teleskop dengan menerapkan asas ini--asas yang sampai sekarang masih dipakai dalam banyak jenis teleskop.
The Royal Society
Tahun 1672 Newton diterima sebagai anggota Royal Society--kelompok ilmuwan yang mengabdikan diri kepada metode eksperimental. Kepada kelompok ini, dia menyumbangkan salah satu teleskopnya yang baru bersama temuannya tentang cahaya. Kelompok ini membentuk sebuah komisi, dipimpin oleh Robert Hooke, untuk menilai temuan-temuan Newton. Hooke dipekerjakan oleh Royal Society untuk menguji coba temuan-temuan baru. Namun, karena Hooke mempunyai gagasan sendiri tentang cahaya, ia jadi enggan menerima kebenaran temuan Newton. Ini membuat Newton heran dan kecewa sehingga dia memutuskan tidak akan memublikasikan temuannya lagi.
Meskipun kadang dikatakan bahwa Newton terlalu sensitif terhadap penilaian atas karyanya, sebenarnya dia hanya cemas kalau waktu yang dipakai untuk menguji coba temuan itu akan menghambatnya membuat temuan baru.
Campur Tangan Politik
Isaac Newton hidup pada masa politik, agama, dan pendidikan belum terpisah. Waktu itu Raja Charles II memerintahkan agar, setelah tujuh tahun, setiap pengajar di sekolah-sekolah seperti Trinity College, tempat pendidikan para pendeta Gereja Anglikan, harus juga ditahbiskan sebagai pendeta Gereja Anglikan. Termasuk orang-orang seperti Newton yang hanya mengajar matematika dan ilmu alam, bukan teologi.
Meskipun sangat taat beragama, Newton tidak sepenuhnya setuju dengan beberapa doktrin Gereja Anglikan. Jadi, nuraninya tidak membenarkan dirinya ditahbiskan menjadi pendeta gereja tersebut. Dia bahkan sangat menentang keterlibatan politik dalam urusan agama dan pendidikan. Satu-satunya jalan supaya Newton bisa tetap mengajar adalah jika raja memberi pengecualian kepadanya. Tapi orang lain yang pernah minta hal yang sama ternyata ditolak.
Unjuk Rasa Mendukung Newton
Newton berangkat ke London dan selama satu minggu memperjuangkan kasusnya di hadapan raja. Selama di London, dia berkesempatan mengenal lebih baik ilmuwan-ilmuwan lain di Royal Society, demikian sebaliknya. Mereka yang selama ini hanya mengenal Newton dari surat-suratnya untuk membela temuannya, menyadari kekeliruan mereka menafsirkan sikap percaya diri Newton sebagai tanda kesombongan. Mereka jadi tahu bahwa sikap tidak sabar Newton semata-mata didorong keinginannya untuk cepat-cepat melanjutkan penelitian baru. Setelah para ilmuwan itu tahu bahwa Newton sebenarnya ramah dan peduli pada orang lain, mereka bangkit mendukungnya. Untung bagi Newton dan ilmu pengetahuan, permintaannya untuk melanjutkan tugas di Trinity College tanpa harus menjadi pendeta, dikabulkan raja.
Gaya Berat
Pada zaman Newton banyak orang percaya takhayul, sehingga takut terhadap segala sesuatu yang tidak dipahami -- misalnya kemunculan komet, dianggap sebagai pertanda datangnya malapetaka. Bahkan para ilmuwan umumnya menganggap gerakan planet-planet dan gerakan benda di bumi sebagai hal yang terpisah. Sebaliknya, Newton berpendapat bahwa karena yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang sama, keduanya mesti diatur oleh hukum yang sama.
Tahun 1684, Newton mulai memikirkan gaya berat. Dia mengembangkan teori gravitasi universalnya yang menggunakan apa yang kemudian dikenal sebagai hukum kuadrat terbalik. Dia mengembangkan tiga hukum gerak dan membuktikan secara matematis, bahwa hukum yang sama bisa diterapkan baik kepada benda angkasa maupun benda di bumi. Iman kristianinya menuntun pikirannya ke arah yang benar.
Ketika Newton sedang menyelidiki gerakan planet, dengan jelas dia merasakan bimbingan tangan Tuhan. Dia menulis, "Sistem matahari, planet, dan komet yang begitu indah, hanya bisa berasal dari pemikiran dan kekuasaan suatu hakikat yang cerdas ... hakikat ini menguasai semua hal ... Tuhan dari semuanya." (1)
Sekali lagi Newton menghadapi masalah dengan saingan lamanya, Robert Hooke. Beberapa ilmuwan percaya bahwa hukum kuadrat terbalik mungkin berlaku, tapi mereka tidak bisa membuktikan bahwa hukum ini akan menghasilkan orbit elips seperti yang digambarkan oleh pakar astronomi Jerman, Johannes Kepler. Hooke membual bahwa dia bisa, tapi ternyata dia juga gagal. Ketika Newton berhasil, Hooke ingin ikut mendapat pengakuan.
Karena tidak ingin dianggap berpihak, selain tidak adanya dana, Royal Society enggan menerbitkan karya besar NewtonPrincipia Mathematica. Namun, seorang teman Newton, pakar astronomi Edmond Halley, secara pribadi membantu membiayai penerbitan buku tersebut dalam tiga tahap pada tahun 1687. (Halley kelak memakai Hukum Newton dalam kajiannya mengenai komet yang seperti planet-planet, berorbit mengelilingi matahari dengan jalur elips.)
Menentang Raja
Sesudah tahun 1685, lagi-lagi Newton menghadapi masalah karena raja ingin mencampurbaurkan politik, agama, dan pendidikan. James II, raja baru, ingin agar Trinity College menganugerahkan gelar kepada orang-orang yang menganut paham agama yang sama dengan dia, sekalipun tidak berhak. Karena perguruan tinggi ini menolak, Newtonbersama delapan koleganya dibawa ke Pengadilan Tinggi dengan tuduhan yang dibuat-buat. Meskipun tuduhan ditolak, peristiwa itu membuat kesembilan orang tersebut sangat tertekan.
Tapi meskipun sepanjang hidupnya Newton mengalami banyak kesulitan dan perjuangan berat, dia tidak kecewa. Sebaliknya, seperti tampak dari kata-katanya, justru dia makin dekat kepada Allah. "Pencobaan adalah obat yang diberikan oleh Dokter kita yang maha murah dan arif karena kita memang memerlukannya; dan Dia sendiri yang menjatahkan seberapa sering dan seberapa berat pencobaan itu, sesuai kebutuhan kita. Mari kita memercayai kepiawaian-Nya dan berterima kasih untuk resep yang diberikan." (2)
Tahun-Tahun Kemudian
Isaac Newton mewakili Universitas Cambridge sebagai Anggota Parlemen tahun 1689 dan 1690. Tahun 1690 kesehatannya memburuk. Ini mungkin karena gangguan saraf akibat kerja bertahun-tahun dan seringnya ia mengalami ketegangan. Akhirnya memang dia sembuh sama sekali. Selama beberapa tahun kemudian, Newton mewujudkan apa yang menjadi cintanya yang kedua: membaca Alkitab. Buku-buku yang dia tulis antara lain Chronology of Ancient Kingdoms danObservations Upon the Prophecies of Daniel.
Tahun 1696, pemerintah mengangkatnya menjadi Pelindung Mata Uang. Tugasnya adalah mengawasi penggantian mata uang Inggris yang telah tua dan rusak dengan mata uang baru yang lebih tahan lama. Dia juga bertanggung jawab membongkar jaringan pemalsu uang.
Tahun 1701, Newton kembali menjadi anggota Parlemen. Dua tahun kemudian dia terpilih sebagai presiden Royal Society. Terpilihnya ia terus untuk jabatan itu setiap tahun sepanjang hidupnya, menunjukkan betapa rekan-rekannya sesama ilmuwan sangat menghormatinya. Setelah kembali ke dunia ilmu, Newton menerbitkan karya pertamanya mengenai cahaya. Buku Opticks (Optik) memuat temuan-temuannya mengenai optik dan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut. Negara secara resmi mengakui karya-karyanya tahun 1705 ketika ia menjadi orang pertama yang dianugerahi gelar kebangsawanan karena prestasinya dalam bidang ilmu.
Newton meninggal tahun 1727, dalam usia 84 tahun. Dia mendapat kehormatan dimakamkan di Westminster Abbey.
Tidak diragukan lagi, Isaac Newton adalah salah seorang ilmuwan terbesar. Sumbangannya banyak dan beragam, termasuk gagasan-gagasan revolusioner dan perekayasaan hal-hal praktis. Karyanya tentang fisika, matematika, dan astronomi tetap penting sampai sekarang. Ia terkenal karena sumbangannya ini. Namun, Newton tetap rendah hati. Dia mengakui bahwa keberhasilannya itu semata-mata karena Tuhan. Katanya, "Semua temuan saya adalah jawaban atas doa saya." (3)
Newton mengasihi Allah dan memercayai firman Allah. Dia menulis, "Saya sangat percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, yang ditulis oleh orang-orang yang memperoleh wahyu. Saya mempelajari Alkitab setiap hari." (4) Dia juga menulis, "Ateisme sangat tidak masuk akal. Ketika saya mengamati tata surya, saya melihat bumi berada pada jarak yang ideal dari matahari sehingga menerima panas dan cahaya dalam jumlah yang ideal pula. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan." (5)
PUSTAKA ACUAN
  1. Isaac Newton dikutip dalam: J.H. Tiner, Isaac Newton -- Inventor, Scientist, and Teacher, Mott Media, Milford (Michigan), 1975 (bagian dalam sampul depan).
  2. Ibid.
  3. Newton dikutip dalam: D.C.C. Watson, Myths and Miracles - A New Approach to Genesis 1-11, Creation Science Foundation Ltd., Acacia Ridge (Queensland, Australia), 1988, hlm. 112.
  4. Newton dikutp dalam Tiner (Acuan 1).
  5. Ibid.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku: Para Ilmuwan Mempercayai Ilahi
Penulis: Ann Lamont
Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta
Halaman: 45 -- 58
read more...

Selasa, 09 November 2010

Kisah Kesederhanaan Obama Anak Menteng

INILAH kisah kehidupan orang nomer satu Amerika Serikat, Presiden Barack Hussein Obama saat menetap di Indonesia pada tahun 1967, tepatnya di kawasan Menteng, Jakarta. Diangkat berdasarkan kisah novel karya Damien Dematra.
Sebuah kisah tentang persahabatan dan semangat seorang anak asal Afro Amerika, yang kelak menjadi pemimpin negara berpengaruh di jagat ini. Kisah inilah yang kemudian menjadi tema utama dari film ini.

Cerita diawali dengan kedatangan Obama kecil alias Barry (Hasan Faruq Ali), yang berusia sembilan tahun, tiba di Menteng, Jakarta Pusat, dan bersekolah di SD Negeri Besoeki 01 (sekarang SDN Menteng 01).

Sebagai pendatang baru di lingkungannya, Barry memiliki latar belakang yang campur aduk sehingga membuatnya kesulitan dalam beradaptasi. Maklum, Barry adalah anak blasteran Amerika dan Afrika.

Namun, persahabatannya dengan anak-anak tetangga yang berbeda ras dan strata sosial yaitu Slamet dan Yuniardi, serta pembantunya yang banci, Turdi (Teuku Zacky), membawa Barry ke berbagai pengalaman masa kecil yang tidak terlupakan walaupun Barry hanya 2,5 tahun tinggal di kawasan Menteng.

Berbagai permainan seperti ping pong, kelereng, dan juga layang-layang membuat Barry semakin akrab dengan Slamet dan Yuniardi. Barry juga memahami kehidupan unik Turdi, seorang transgender.

Hubungan mereka semakin memancing olok-olok anak-anak kampung yang dipimpin oleh Carut, yang pada dasarnya sudah tidak suka dengan Barry karena dia berbeda dengan kebanyakan anak-anak pribumi seusianya.

Semenjak itu pula Barry kerap bentrok dengan Carut. Keduanya sempat bentrok hanya karena Carut tidak menerima Barry bersama teman-teman kecilnya bermain bola di lapangan yang dianggap Carut sebagai daerah kekuasaannya.

 Meski Barry dianggap berbeda, namun semua pengalaman ini mengajarkan kepadanya bahwa selain membuka diri dalam menerima perbedaan, tapi juga menerima dirinya sendiri sebagai orang yang beda seutuhnya.

Kehidupan Barry di Menteng sedikitnya telah membekali Barry dengan pelajaran nilai-nilai positif. Namun sayang, ketika Barry sudah berhasil beradaptasi dengan lingkungannya, sebuah konflik di rumahnya membuatnya harus pergi meninggalkan Menteng dan kembali ke Hawaii untuk mendapatkan pendidikan yang mampu mengembangkan potensi di dalam dirinya.

Tak ada ucapan perpisahan meninggalkan rasa getir di hati sahabat-sahabatnya. Namun, mereka yakin bahwa Menteng telah memberi banyak pengalaman tak terlupakan bagi Barry. Bahkan ketika Barry berhasil meraih cita-citanya menjadi Presiden Amerika Serikat.

Teman-teman masa kecil Barry pun ikut merasakan kebahagiaan Barry meskipun mereka jauh terpisahkan oleh jarak.

Obama Anak Menteng menjadi sebuah film dengan cerita sederhana dan inspiratif, namun menjadi bagian dari sejarah hidup orang nomor satu di Amerika, Barack Hussein Obama.

Selain itu, begitu banyak sisi positif diajarkan Ann Dunham kepada Barry kecil dalam menjalani kehidupan. Misalnya saja, Ann izinkan anaknya bermain dengan siapapun, juga berteman dan bersahabat dengan siapa saja.

Ann bahkan tidak setuju ketika Barry kecil menikmati kemenangannya setelah mengalahkan Carut, preman kecil di Menteng. Barry malah dimintanya minta maaf.

Dengan kesederhanaan dalam bertutur itulah film Obama Anak Menteng (Little Obama) diharapkan menjadi film yang sarat inspirasi tanpa terkesan menggurui. Dari sudut pandang tokoh Ann Dunham, film ini seakan ingin mengajak kaum ibu untuk memahami anak-anak. Ibu bisa menjadi mentor bagi anak-anaknya, seorang ibu juga memahami pilihan yang terbaik, melihat potensi seorang anak, sampai berkorban demi masa depan anaknya. Persis seperti yang Ann Dunham lakukan terhadap Barry kecil.

Tidak Main-Main

Sutradara film Obama Anak Menteng, John De Rantau mengklaim jika penggarapan film yang diangkat berdasarkan kisah nyata masa kecil Presiden Barack Obama, bukanlah suatu pekerjaan main-main.

"Saya menerima pekerjaan Obama ini adalah pekerjaan yang sangat cepat, kita enggak main-main karena kita mengangkat kisah hidup orang nomor satu di dunia," ujar John saat ditemui dalam jumpa pers Obama Anak Menteng di FX Jakarta, Selasa (29/6/2010).

Dengan keseriusan penggarapan film tersebut, John tak menampik jika selama produksi film tekanan demi tekanan datang beruntun. "Memang banyak pressure, jadi saya harus hati-hati. Kebetulan saya penggemar berat Obama dan saya selalu membaca buku-buku Obama," ujarnya.

Namun, bagaimanapun Obama Anak Menteng memberikan tantangan tersendiri bagi John untuk merampungkannya segera. "Saya memberanikan diri dan berani menempuh risiko karena saya tahu akan menjadi target buruan intelejen Amerika karena saya berani memberanikan diri memvisualkan diri orang nomor satu Amerika bahkan di dunia," kupas John.

Lanjut John, "Ini harus bisa diterima dengan sesederhana mungkin di tengah perbedaan dengan satu kata yaitu memaafkan dan toleransi," pungkasnya.
read more...

Minggu, 24 Oktober 2010

Kisah Nyata Pengemis Berpenghasilan Diatas Rp 50 Juta/bln

"Bisnis" mengemis semakin lama semakin diminati orang-orang karena penghasilan nya yang sangat menggiurkan. Hal ini membuat sejumlah orang berganti profesi menjadi koordinator dan merekrut sejumlah pengemis untuk dipekerjakan.

Satu hal yang mungkin belum anda ketahui adalah bisnis pengemis di Samarinda yang boleh dikata seperti mendulang emas. Bayangkan penghasilan pengemis disana sebesar Rp 1.8 juta / hari (baca baik-baik! per hari lho ya, bukan per bulan), itu pun kalau pas lagi sepi. Kalau lagi ramai, sering bisa lebih dari jumlah tersebut.Oleh sebab itu, tidak lah heran kalau banyak sekali orang-orang yang merekrut sejumlah pengemis dari Pulau Jawa untuk dipekerjakan di Samarinda. Menurut cerita bahwa di Samarinda hanya "uang besar" yang diberikan, membuat para pengemis dari sejumlah kota di Jawa, memilih hijrah ke kota ini. 

Kisah pengemis berpenghasilan besar ini dialami oleh Marfuah, seoarng wanit yang sudah berumur sekitar 55 tahun. Padahal wilayah operasinya cuma di Jl Gatot Subtoro, Samarinda Utara dirinya bisa meraup paling tidak Rp 1.8 juta per hari. Wanita tua ini berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur (Jatim). Dilihat dari cacat fisiknya, semua orang pasti iba dan menaruh kasihan. Marfuaah menderita cacat bawa lahir dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Lengannya kecil tanpa bertelapak tangan. Hanya ada kaki kirinya, itu pun kecil. Karena kondisinya tersebutlah, Marfuah harus berjalan dengan cara ngesot. Melihat seorang ibu tua berjalan dengan cara memilukan tersebut, banyak masyarakat yang hatinya tersentuh dan tidak ragu-ragu memberikan uang dalam jumlah besar. Kalau pengemis lain paling mendapat lembaran Rp1.000, Marfuah mampu memperoleh lembaran Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. 

Akan tetapi rejeki nomplok ibu tua ini ternyaya haus berakhir (untuk sementara) karena dirinya diamankan oleh Satpol PP di Jl Gatot Subroto pada tgl 9 Agustus 2010 kemarin. Rencananya, Marfuah akan dipulangkan ke kampungnya lewat Surabaya, pada Kamis (12/8) mendatang menggunakan KM Binaiya melalui Pelabuhan Samarinda. Walaupun menyandang cacat fisik, Marfuah masih kuat untuk melawan pada saat diamankan. Bahkan dirinya meraung-raung minta dilepaskan. Namun beberapa anggota Satpol PP tetap saja membawanya bersama dengan gepeng laiinnya ke sebuah truk yang memang sudah disiapkan dan dibawa ke Panti Sosial Tresna Wredha Nirwana Puri di Jl Mayjen Sutoyo, Samarinda Utara. Waktu ditemui Sapos, Marfuah enggak berbiacara. Hanya Bbberapa kata yang keluar dari mulutnya ketika ditanya darimana asalnya, itupun tidak jelas terdengar. Akan tetapi dari logatnya, bisa ditebak kalau dia berasal dari Madura. 

Dia bernama Marfuah. Wanita ini diperkirakan berumur 55 tahun, berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur (Jatim). Jika melihat cacat fisiknya, hati siapa yang tak iba. Makanya, meski hanya melintasi Jl Gatot Subroto, ia mampu mendapat penghasilan hingga Rp1,8 juta sehari. 
Marfuah menderita cacat sejak lahir. Kondisinya memang memprihatinkan. Lengannya kecil tanpa bertelapak tangan. Hanya ada kaki kirinya, itu pun kecil. Karena kekurangannya itu, Marfuah harus berjalan dengan cara ngesot. Jadilah ia bergelar pengemis ngesot. 
Bagi masyarakat yang hatinya tersentuh, tak ragu-ragu memberikan uang dalam jumlah besar. Kalau pengemis lain paling dapat Rp1.000, Marfuah mampu memperoleh lembaran Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. 


Kemarin siang, Marfuah diamankan Satpol PP di Jl Gatot Subroto. Iapun dibawa ke Panti Sosial Tresna Wredha Nirwana Puri di Jl Mayjen Sutoyo, Samarinda Utara. Rencananya, Marfuah akan dipulangkan ke kampungnya lewat Surabaya, pada Kamis (12/8) mendatang menggunakan KM Binaiya melalui Pelabuhan Samarinda. 
Meski memiliki keterbatasan fisik, Marfuah sempat melakukan perlawanan saat diamankan. Bahkan ia meraung-raung minta dilepaskan. Tetapi beberapa anggota Satpol PP tetap saja membawanya ke sebuah truk yang memang sudah disiapkan, digabung bersama gepeng yang juga akan dibawa ke panti jompo. 
Saat ditemui Sapos, Marfuah enggak berbiacara. Beberapa kata yang diucapkan dari mulutnya saat ditanya darimana asalnya, tak jelas terdengar. Namun dari logatnya, menandakan ia berasal dari Madura. 

"Dia memang begitu, ngomongnya tak jelas," kata Latifah, seorang rekannya sesama pengemis. Latifah menyebut sangat kenal rekan nya tersebut karena sewaktu pengemis yang dikoordinir lagi marak, Marfuah memang sudah menjadi bintangnya. Menurut Latifah, penghasilan Marfuah dalam sehari bisa mencapai Rp1,8 juta. Itu bahkan bisa dikatakan kecil. Soalnya, ia mampu menghasilkan lebih dari itu. 
"Kalau dia hanya menghasilkan Rp1 juta dalam sehari, koordinatornya pasti mengatakan ia tak kerja. Bahkan bisa saja dipukuli oleh koordinatornya," ujarnya lagi. 
Uang sebanyak itu diapakan oleh Marfuah? Latifah mengaku tidak mengetahui urusan dapur rekannya tersebut termasuk berapa bagian yang didapat Marfuah dari koordinatorrnya. Menurut Latifah, dari pengalamannya saat punya koordinator, biasanya uang itu akan dipotong biaya-biaya seperti untuk uang makan, tempat tinggal dan uang ojek. Lalu setelah dipotong, sisanya akan dibagi dua dengan koordinator. 
"Saya saja dalam sehari bisa mendapatkan Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. Uang itu kemudian dipotong Rp40 ribu, sisanya baru dibagi dua," tandasnya. 
Untuk apa dipotong? Menurut Latifah, pemotongan itu untuk membayar uang yang mereka pinjam saat berangkat dari kampung halaman ke Samarinda. Utang itu pun menurutnya akan ditambah dua kali lipat alias berbunga. 
"Misalnya saat berangkat dulu saya pinjam Rp1,6 juta. Maka yang saya harus bayar Rp3,2 juta, begitu seterusnya. Pokoknya akan dilipat dua dari yang dipinjam pertama. Belum lagi untuk ojek dan makan," tambah Latifah. 
Kepada Sapos, Latifah mengaku mengaku bersyukur kalau dirinya sudah lepas dari koordinator. Tetapi walaupun sudah lepas dari koordinator, dirinya tetap menjadi pengemis. Karena pekerjaan itu yang paling mudah dan bisa dilakukan segera tanpa harus menunggu. 
"Uang dari hasil mengemis saya kirim juga ke Jawa. Karena saya punya 5 anak yang saya titip dengan keluarga. Suami saya sudah meninggal dunia," ungkap wanita berumur 38 tahun itu.
Hal yang hampir sama dikatakan Kadarusman, lelaki cacat asal Banjarmasin. Ia mengaku datang ke Samarinda sekitar 8 bulan lalu dan selama ini selalu berada di Pasar Pagi. Akan tetapi pria ini tidak mengaku kalau dirinya adalah pengemis. Menurutnya, dia tidak mengemis tetapi pekerjaan nya hanya duduk di tengah pasar. Orang-orang lah yang kasihan kepadanya dan memeberinya sejumlah uang. Jadi menurut versi Kadarusman, dia tidak meminta tetapi diberi. 

Wah, ternyata pengemis jaman sekarang selain kaya juga pintar bersilat lidah ya.

Kalau mau baca kisah nyata pengemis kaya yang punya mobil CR, rumah, dsb

Inilah Marfuah yang penghasilannya luar biasa dari mengemis
pengemis ngesot
read more...
 
 
Back To Top